31 Januari 2010

Oouuch !

2.32am : Kamar Ungu, Rabu - 21 januari 2010





Cinta adalah sebuah proses. mengalami.
Dan inilah yang saya alami.
Saya hanya mampu mencintai kamu dengan menjadi seekor landak betina.
Dan saya tau. kamupun hanya seekor landak jantan.
Yang saling memberikan punggungnya.
Dan saling memandang melalui air beriak di tepi danau.

Benar saya tidak salah memilih sarang.
Tidak melalui jalan pintas. Tidak melalui jalan dalam peta.
Hampa udara.
Sehingga lilin ini tidak dapat menyala.
Namun semua yang tersekat di kerongkongan ini terlanjur bersenyawa.
Saya hanya ingin dialami.
Saya hanya ingin mengalami.
Dipelukmu. Memelukmu.
Tapi saya tau.
Saya dan kamu adalah landak.

rasa itu harga (mati)

Buatku
Rasa itu harga mati
yang satu-satunya hidup

lalu
Buatkanku
Perantaramu

Keyakinan itu senyawa kehidupan

aku hanya ingin bersenyawa denganmu saja

agar mengenalnya….

.Pagi.siang.Malam.

Manusia membutuhkan rasa nyaman untuk menjalankan kehidupannya. Buat saya,rasa nyaman itu spirit,rasa nyaman itu harga mati untuk ’menghidupi’ kehidupan ini. Cukup nyamankah saya?ato tidak cukup nyamankah saya?saya rasa saya belum bisa menjawab di dalam waktu ini, di waktu lalu, bahkan di waktu depan, karena ketika kemarin saya merasa nyaman di waktu ini, bisa jadi itu hadir karena ketidaknyamanan di waktu lalu,atau bahkan ketidaknyamanan di waktu ini, bisa jadi itu hadir karena kenyamanan di waktu lalu. Jadi,nyaman itu bisa hadir dari segala macam sudut pandang. Maka,ketika saya ingin merancang kenyamanan di waktu depan,semakin kesulitan lagi hati saya menentukan pilihan.

Ternyata kadar kenyamanan itu adalah relatifitas. Itu kesimpulan bijak yang bisa saya lontarkan dalam menit-menit ini. Tapi saya tidak ingin berhenti pada ungkapan bijak ini.karena buat saya,ungkapan bijak ini hanya helaan sedikit nafas segar di atas kerongkongan yang tercekat.

Roda hidup itu berputar,ada kalanya kita di atas,ada kalanya kita di bawah. Ungkapan bijak lainnya yang saya lontarkan dalam menit kedua. Lalu,pertanyaannya..siapakah yang membuat saya ada di atas?atau saya ada di bawah.sedangkan ada pula manusia yang selalu merasa ada di bawah,atau selalu merasa ada di atas. Kadang ketika saya merasa ada di bawah,mengapa untuk beberapa orang lainnya saya tidak sedang ada di bawah roda?atau sebaliknya,ketika saya sedang ada di atas,mengapa beberapa orang lainnya menganggap saya sedang tertatih-tatih di bawah.

Korelasi dari kedua kata-kata bijak itulah yang mengganggu hati saya dalam waktu ini. Buat saya, mungkin roda kehidupan itu tidak pernah benar-benar berputar. Tidak pernah benar-benar menghantarkan kita pada posisi di atas, atau pada posisi di bawah. Buat saya, ketika saya bilang saya nyaman,maka rasa itulah yang membuat saya berada di atas roda. Dan sebaliknya,ketika saya bilang saya tidak nyaman, maka itulah yang membuat saya berada di bawah roda. Ternyata (menurut saya)..Kita,manusia awam pada umumnya hanya membuat kata ganti pada relatifitas nyaman dengan filosofis roda.

Saya jadi ingin tau betul, dalam filosofi roda ini,siapakah yang selalu ada di poros roda?jika kita,manusia awam pada umumnya ini adalah subjek dari naik turunnya keberadaan roda. Poros roda adalah subjek yang bertahan pada setiap kondisi apapun,atau justru dia tidak mengalami satu kondisi manapun, tidak pernah ada di atas,tidak pernah ada di bawah,dia juga tidak menciptakan kondisi apapun, dia hanya menumpu pergulatan atas dan bawah roda. Saya rasa dia juru kunci.dia penyeimbang.dialah saksi bisu relatifitas.

Menguraikan relatifitas rasa nyaman, (yang pastinya selalu berhubungan dengan rasa ketidaknyamanan) ternyata sebuah contoh mutualisme kehidupan yang menarik,seperti yang saya ungkapkan pada awal-awal kalimat, bahwa kita mengenal adanya rasa nyaman karena kita mengenal rasa ketidaknyamanan, dan kita mengenal adanya ketidaknyamanan karena kita juga mengenal adanya rasa nyaman. Lalu,apakah karena falsafah simbiosis mutualisme kehidupan itu yang membuat ada rasa nyaman yang saling mengusik?sehingga kita mengalami konflik?adanya konflik kepentingan di dalam rasa nyaman yang pada akhirnya melahirkan ketidaknyamanan. Maka hidup selalu dihadapkan pada pilihan. Pilihan itu buat saya adalah jari-jari roda.melalui pilihan, saya dapat bertemu dengan poros.saya dapat bertemu dengan penyeimbang. Jadi,apakah benar jika pilihan itu adalah jari-jari roda,maka setiap pilihan pasti akan bertemu dengan poros roda?lalu mengapa saya sering mengenal adanya pilihan yang salah ataupun pilihan yang benar?lagi-lagi relatif juga bukan?

Di situlah kuncinya.sepertinya poros roda itulah yang harus kita perjuangkan,bukan posisi kita yang harus kita perjuangkan. Poros roda itulah penyeimbang hidup kita,jadi kita tidak akan pernah takut dengan posisi kita ada di atas atau bawah,karena itu relatif,yang tidak relatif adalah usaha kita memegang teguh porosnya,dari situlah kita bisa seimbang. Apakah poros itu?itulah tujuan hidup kita,cinta yang Allah titipkan untuk kita. Semua yang diciptakan oleh Allah seimbang,semua ada porosnya,bahkan semuanya berputar,ada siang-ada malam,selalu ada siklus dalam hidup ini. Dan yang paling berharga dalam sebuah siklus adalah penerimaan dengan ikhlas semua fase siklus menjadi sebuah rangkaian cinta dari Allah.itulah sebenar-benarnya poros roda itu...adanya ada di dalam hati kita masing-masing.

Pelajaran berharga dari ocehan omong kosong ini adalah, sesusah2nya apa yang saya hadapi ato segampang-gampangnya yang saya hadapi,itu relatif semuanya.seimbang atau tidaknya hidup kita itu kita yang buat,kita sendiri yang mencari keseimbangannya,itulah namanya penerimaan dengan ikhlas.


So,mo semalam apapun dengan gaji tidak seimbang,dengan kehidupan bersocial tak terbyar,hanya penerimaan satu-satunya cara untuk membuatnya seimbang.itu pilihan.pilihan iyu harga mati.bukan apa yang dipilih yg jadi harga mati.tapi kegiatan memilih itulah harga mati.


Aku (mulai) mencintai rasa nyamanku di je-feriasthama
Aku (mulai) mencintai rasa nyamanku memiliki keluarga baruku.
Aku (mulai) mencintai kebersamaan baruku.
Aku (mulai) mencintai panik bersama. tertawa bersama. bernyanyi bersama. bergadang bersama. makan bersama.
Aku (mulai) mencintai lingkup pekerjaan baruku.
Aku (mulai) mencintai 3dmax baruku.detail baruku.desain baruku.gambar kerja baruku.
Walopun lambat.walaupun susah.walopun hati ini keras.
Aku ingin membuatnya lunak dengan kecintaan ini.
Aku (mulai)mencintai penerimaan terhadap diriku yang masih kurang ini.
Aku (mulai) mencintai tantangan ini.

.Tapi.

Aku benci pulang malam!bahkan pagi!setiap hari!
Aku benci sakit karena pikiranku sendiri!
Aku benci menggaruki badanku yang gatal alergi ataupun batuk kronis dan membersihkan muntah masuk anginku!
Aku benci kekurangan topik pembicaraan dengan manusia luar kecuali kehidupan kantor.
Aku benci menit-menit sebelumku tidur.
Aku benci mimpi bertemu orang kantor lagi.walopun aku (mulai) mencintai mereka.
Aku benci bangun tidur dengan mata merah dan tergesa.
Aku benci menyaksikan satu persatu orang sign out dari Ymnya setiap hari dan tinggal theresia seorang temen ymku.dan dia duduk tepat di depanku.haha.jadi ga ada gunanya ym.
Aku benci merasakan gembira di atas sepiku sendiri.
Aku benci air mataku.
Aku benci tempatku berdialog sendiri
Angkot 02 kalibata-kp.melayu.kamar mandi di lt.2 kebonbaru 3 no.4.mobil carenz B2605OV.kamar F gudang peluru B71.taksi bluebird di senin pagi+jumat malam.
Aku benci tempatku dilarikan alfi di jumat malam ke FX.ke rumah.ke sushitei.dan tempat lainnya.
Aku benci taksi blue bird di senin pagi.
Aku benci rindu pelukan mama yang dengan keibuannya menenangkan hatiku.

Aku benci kehilangan kehidupan lamaku yang tergerogoti kehidupan baruku.
Kehidupan baruku yang tidak seimbang.
Kehidupan baruku yang sama sekali tidak memberiku ruang untuk menyapa kehidupan lamaku.
Kehidupan lamaku yang telah menjadi rutinitas hati.
Telah menjadi kecintaanku selama bertahun-tahun.

Aku cinta keluargaku.ada bapak.mama.aa.irsyad.bibi.
Aku cinta keluargaku.ada alfi syahrifat.
Aku cinta keluargaku.ada kaki pendek n prend.ada bocah2 grow up-ku.
Kebebasan yang tidak terikat.namun selalu erat.

Mengapa manusia mudah sekali menjabarkan rasa benci lebih banyak daripada rasa cinta.
Mengapa menuliskan kebencian lebih mudah daripada kecintaan.
Padahal baru 12 kali hari senin,dan 12 kali hari jumat.

Kata yose ferdian beberapa waktu lalu
‘saya ingin mengajak mendesain bersama,menikmati proses ini bersama...tapi jika kamu disini hidup kamu malahan semakin berantakan,kamu harus mengkaji lagi apakah benar pilihan kamu untuk bergabung disini adalah yang terbaik?karena itu tidak masuk dalam visi saya mebangun je-feriasthama ini bersama’

Iya ! hidup aku berantakan di sini !
jika aku masih terus ingin hidup dengan kenyamananku yang bertahun-tahun telah kujalani.
Maka,aku ingin lari.keluar.menjauhi mereka.
Tapi kemana?banyak biro konsultan yang juga baik.
Aku tau aku dengan leluasa bisa memilih untuk berusaha mencari lagi.
Itu hak aku!
Tapi kenapa aku ga mau gerak?kenapa aku tidak memilih itu?
Kenapa aku tidak mencari tau dunia luar?kenapa?
Apa aku nyaman dengan keluarga baruku?
Tapi,Nyaman seharusnya tak ada syarat lagi.
Dan yang jelas nyaman seharusnya tak perlu lari.
Sepertinya aku belum paham betul apa arti nyaman sesungguhnya.
Aku terkurung dengan dilematis semu..kenyamanan semu..
Atau ketiadaan kemauan untuk menerima kotak yang baru.
Di antara itupun aku belum Tau aku ada dimana.

namanya juga manusia.
.manusia dan socialite. manusia dan dunia kerja.susah dicampur.
.bahkan tidak baik untuk dicampur.


Saya juga manusia yang mau hidup di dalam dunia kerja.
Seharusnya tidak perlu terbuai dalam socialite pada dunia kerja.
Tidak perlu terbuai dengan socialite nyaman yang ditawarkan keluarga baruku di sini.
Ingat dunia kerja!profesionalitas!
Saya juga butuh uang.gaji pokok.uang lembur yang manusiawi.
Dan juga (belajar) bangun pagi tentunya.
Dan liburan yang berkualitas! tentu saja dengan kuantiĆ­tas yang baik pula!

Aargggh..lagi-lagi saya melangkahi yang kuasa untuk bicara masalah rejeki.
Bukan hak saya!

Aku masih sangat ingin menjadi arsitek.
Tidak untuk yang lainnya.sungguh.
Aku tau ini memang bukan satu-satunya jalan untuk menjadi arsitek.
Tapi setidaknya ini adalah salah satu jalan yang telah ditunjukkan untukku.
Tak perlu tengok tetangga sebelah.inilah jalanku yang kuambil.
Toh kita bakalan bertemu di ujung yang sama kok. Insya Allah.
Menjadi arsitek yang baik..itulah ujungnya!Amin!
A.R.S.I.T.E.K.T.U.R....yah...ilmu ini..yang terlanjur kucintai
Cuma ini alasanku untuk mau menerima tantangan ini. What else?

Mungkin yang Belum kujalani dan masih kupelajari adalah
Penerimaan tanpa syarat terhadap keluarga baruku.

#So..adakah yang bisa bantu saya selain diri saya sendiri?
Ooh?oke?yang di ujung sana?apa?knapa mba?mas?oh ngga?ngga jadi?yang di kiri?oh.bukan?
Jadi ga ada nih?...
humm..baiklah kalau begitu…lebih baik daritadi saya tidak usah bicara.
(jadi tau kan alasan mengapa saya sebaiknya diam saja?)

Saya marah

Saya marah
Saya marah pada rasa ini.
Saya marah pada keterbatasan.
Saya marah pada hitungan angka-angka analitikal.

Saya marah
Saya marah pada rasa ini
Bertekuk lutut pada sistem
Carut marut di wajah
Sampai kering tak ada yang menetes

Saya marah
Saya marah pada rasa ini
Merindukan malam dengan mata terpejam
Merisaukan datangnya matahari pagi

Saya marah
Saya marah pada rasa ini
Saya marah pada malam yang setia
Menghangatkan dan memeluk

Saya memang kecil
Selamanya akan kecil
Beranggap besar itu tak akan pernah ada

Karena memang manusia itu makhluk kecil
Yang selalu beranggapan besar.

Itulah saya.
Yang setia dengan amarahnya
Melekat erat

Enyahlah kau malam
Kutantang kau dipagi hari...
Dengan mata berkunang dan tergesa

Kemerdekaan yang saya dapat......

TERTAWA_MELOMPAT_BICARA

Kata orang saya ini suka tertawa.
Kata orang saya ini suka melompat.
Kata orang saya ini suka bicara.

Tertawa.melompat.bicara.

Kemanakah rasa diam?
Kemanakah rasa ingin menangis?
Terkadang ada rasa rindu ingin menyapanya.

Saya sedang bersantai di dalam jurang
Ditemani diam.

Ternyata pelajaran berharga yang saya dapat dari diam
adalah saya dapat menangis sekarang.
Dan saya puas.

Hingga saya telah menjadi manusia.
Lengkap.utuh.sejati.
Bahkan sangat lengkap.sangat utuh.sangat sejati.
Hingga rasa rindu pun telah berbalik arah

Tertawa.melompat.bicara

Saya rindu kalian.

IRMA_ADITYA
Jakarta, 31 agustus 2008-09-01

When its over..is it really over?

Kamar ungu : 16 may 2008 : 02.12 : after that conversation


Ada yang telah mengalahkan diri ini selain diriku sendiri…
Ada yang mengalahkan dengan kegigihannya,dan ketangguhannya mempertahankan prinsip..
Bukanlah sebuah prinsip kekolotan…
Dan kekerasan yang pejal...
Hanya sebuah kekerasan yang tidak pernah terasa keras…

Sebuah air...
bahkan tetesannya pun tak pernah terasa telah ribuan dalam 5 tahun terakhir ini..
Memecahkan karang.......
yang keras hati,dan tinggi hatinya....
Lebih dahsyat daripada peringatannya yang pertama...

Well,finally saya tau..
Pada akhirnya saya berhenti menebak-nebak…
Dan tetesan air pun telah berhenti..
Setelah karang ini cukup untuk ditetesi..

Pecahan karang ini semoga untuk selamanya..
Menjadi bekal kepada siapa yang akan menyimpannya
Dan menuntunnya...

Bukanlah sebuah harga mati bahwa yang memecahkan adalah
Yang berhak untuk menyimpannya...

Bisa jadi air hanya membantu meneteskan dan mengapungkan..
Mengantarkan kepada sang penyimpan..
Atau juga sebaliknya..

Bukanlah sebuah definisi yang terlambat..
Mungkin hanya sebuah defensiasi..

Kalau memang benar..
Kenapa perlu ada kata menyerah?
Mungkin memang susah mendefinisikan janji..
Apalagi menepatinya..

Iya..saya kalah..
kalah pada air yang menetes perlahan
yang menjadikan hari ini sebuah momentum...













# tidak pernah ada kata ’andai saja’..
bukankah itu hanya sebuah kata...?
namun ikhlas bukanlah kata.........

(Ternyata) ada ’SeribuSatu’ cara dalam penguraian

after Dabu-dabu,Setiabudi building (Kamar ungu16 April 2008)



Apakah sebuah idealisme dalam arsitektur dapat diukur dengan kata terlalu?
Terlalu idealisme...
Apakah sebuah idealisme dalam arsitektur dapat diukur dengan kata kurang?
Kurang idealisme...a.k.a realistis?
apakah idealisme sealu terkait dengan ’unrealistic’?

Memangnya, apa arti sesungguhnya dari idealisme...apa makna arsitektur dalam memaknai kata idealisme?
Apakah benar perbedaan idealisme itu hanya berdasarkan atas perbedaaan cara?
Lalu,kenapa ada istilah terlalu atapun kurang?
Bahkan ada dan tiada?
Untuk sebuah idealisme?

Lagi-lagi,bukankah kita hanya berbicara sebuah perbedaaan cara?

Saya sungguh tidak mengerti...
Saya hanya tahu penjabaran sebuah kebudayaan adalah sama dengan menjabarkan benang yang kusut...harus diurai satu persatu dan sabar.
Satu yang penting, semua berbicara mengenai ’cara’ penguraiannya.
Ada yang memulai dari sisi terkusut..ada yang memulai dari benang yang terluar..ada yang memakai tangan kosong..ada yang memakai bantuan alat..dan seribu satu cara dalam penguraian.
Apakah ada yang salah?

Saya sungguh tidak mengerti...
Saya hanya tahu bahwa arsitektur adalah sebuah alat untuk menguraikan sebuah kebudayaan..atau bahkan terbalik,arsitektur adalah alat untuk membentuk sebuah rangkaian kebudayaan.
Whatever it is....Arsitektur = Kebudayaan

Lagi-lagi,bukankah kita hanya berbicara sebuah perbedaaan cara?




Jadi, bolehkah saya mengungkapkan bahwa menguraikan sebuah karya arsitektur adalah sama sulitnya dengan menguraikan benang yang kusut?

Lagi-lagi,bukankah kita hanya berbicara sebuah perbedaaan cara?

Tapi...
Dalam sebuah perbedaan cara, bukankah selalu berkaitan langsung dengan pilihan?
Namun,sampai batas manakah sebuah pilihan dapat berkompromi dalam sebuah perbedaan?

Apakah ketika kita merasa telah sampai pada batas waktu dimana kita tidak dapat berkompromi dengan ’the others cara’..itulah di saat kita berkenalan dengan idealisme?
Ataukah justru ’the cara’s’ itulah sesungguhnya idealisme?

Lagi-lagi,bukankah kita hanya berbicara sebuah perbedaaan cara?

Kali ini kita berbicara sebuah –maksud saya beragam- perbedaan cara pandang.
Lalu kapan kita dapat tahu mana yang paling benar?
Jika tidak ada kebenaran di dalamnya, kecuali milik tuhan
Setidaknya kapankah kita dapat menentukan mana yang paling baik?

Apakah masih tidak bisa juga....
Hanya untuk menentukan mana yang palng baik...
Minimal untuk mengetahui mana yang baik...dan memilihnya untuk dijalani...

Lalu..
Apakah salah ketika kita telah berhasil menentukan sesuatu yang baik (menurut kita)?

Dan apakah ketika sesuatu yang baik(menurut kita) bertemu dengan sesuatu yang baik (menurut orang lain)..lalu muncul cikal bakal perdebatan kata terlalu ataupun kurang..
Bahkan ada dan tiada?

Lagi-lagi,bukankah kita hanya berbicara sebuah perbedaaan cara?


Ketika kita berbicara di dalam zona abu-abu
Kita bagaikan menonton film laga..
polanya sama
Yaitu : jagoan selalu datang belakangan.
Artinya kebenaran selalu datang terakhir.
Dan orang baik selalu harus ditindas di awal
Tak ada jalan potong untuk sebuah kebaikan..
Tak ada kegiatan menunggu..
Semuanya penuh perjuangan..

Lalu kebaikan hadir....
Ketika seribu satu cara telah diperdebatkan sampai tuntas....

Tapi,apakah kita harus tunggu sampai cara ke seribu satu dulu untuk mengetahui kebenarannya dengan berpangku tangan?
Bukankah seharusnya kita dapat berusaha ?
tanpa hanya menunggu atau bahkan hanya memotong jalan pintas untuk mencari sebuah kebaikan?

Kebenaran = kebaikan
Pembenaran = perbaikan

Ironis bukan?
Hanya beda tipis imbuhannya..beda tipis niatnya...
Dampak hasilnya jauh di antara kebaikan dan perbaikan...

Lagi-lagi,bukankah kita hanya berbicara sebuah perbedaaan cara?





Semoga saya dapat menguraikan benang kusut ini
Tanpa ada kata terlalu dan kurang..
Tanpa adanya tiada..
Hanya ada kata ADA...
dan selalu ada-lah untuk sebuah penguraian seribu satu.

saya muak dengan proses desain (seperti) ini!

Meja bundar Puri indah - Rabu,16 Januari 2008


Seberapa lamakah proses desain tanpa guidelines yang jelas dapat diselesaikan?
Seberapa lamakah proses desain tanpa hati yang mantap dapat diselesaikan?
Apakah semua dapat diselesaikan dalam perhitungan benar dan salah?
Apakah mendesain itu hanya sekedar Cuma ide-ide yang harus dikeluarkan dengan jumlah yang banyak dan waktu yang sempit?
Tanpa adanya pemikiran yang panjang..
That’s all BLACK BOX

Seberapa sempitkah?
Atau seberapa lamakah?

Apakah bulir-bulir pikiran yang efektif dapat hadir dalam setiap detik, sehingga dalam waktu yang singkat akan hadir ratusan ide yang berebutan keluar?

Tidak...itu bukan saya....
Saya mendesain memakai hati..
Dan hati butuh waktu untuk merasa nyaman..
Apakah hati ini telah diberi rasa nyaman?
Dengan makanan sehari-harinya tanpa acuan langkah pasti..
Tanpa guidelines..
Tanpa KDB, tanpa KLB, tanpa Arah angin...
Yang dengan pastinya harus murah..
Yang dengan pastinya harus cepat...
Tanpa sempat mengeluarkan pendapat dari hati...
Tanpa sempat diolah dalam mesin bulir-bulir desain saya..
Tanpa sempat mempertimbangkan aspek estetika beserta jiwa estetikanya..
Murah dan cepat yang bersembunyi di balik badan estetika..
Mengaku ini estetika..

Sekali lagi dengan lantang ini estetika, bung!
Dengan otak kosong,mata nanar,jiwa hampa...
Is it really aesthetic?

Apakah fungsi sudah tidak diperlukan lagi di dalam jiwanya..?
Apakah lingkungan sudah tidak dipandang lagi di dalam hatinya..?
Bahkan sepertinya saya telah (dipaksa) lupa dengan matahari dan angin..
Kapan mereka bersinar, dimana, dan darimana..
Namun saya juga tetap (dipaksa) menciptakan mereka memilki label ’Hemat energi’
Saya tak pernah tau pasti yang ada di otaknya mengenai persepsi hemat energi..
Apakah hemat energi secara (material) ?

Ini bukan sebuah defensiasi..
Sungguh, bukan...

Baiklah..saya mengaku salah..
Saya tidak dapat berkompromi dengan waktu..
Saya terjajah oleh waktu yang saya buat sendiri..
Yang tergantung hati..
Yang tergantung jiwa..

Baiklah, teriakanlah bahwa saya salah !!
Teriaklah sekuat tenaga..
Hingga hati ini kembali kuat..
Hingga hati ini bertemu jiwanya lagi..

Hati saya telah dirampas..
Dan direbut nyawanya..

Saya menangis sekarang..
Saya menangis..

Airmata ini tidak dapat kering dengan sapuan rupiah..
Rupiah yang dapat menghapus air di mata manusia lainnya..
Yang saya sayang..
Juga memakai hati..tentunya..

Maka..tibalah hati dalam persimpangan..

Tapi,izinkan Lirih hati saya yang terakhir sebelum tiada, berbunyi...

Saya muak dengan proses desain (seperti) ini !

SUNGGUH!

next.journeys

Kamar Ungu, 24 Februari 2008


I have ability to feel..
I have ability to think..
I have ability to do..


Beriman adalah keyakinan di dalam hati, kekuatan di dalam pikiran, dan kemantapan di dalam perbuatan. Munafik adalah kemantapan di dalam perbuatan yang tidak diikuti oleh keyakinan di dalam hati, dan kekuatan di dalam pikiran. Fasik adalah keyakinan di dalam hati, kekuatan di dalam pikiran, tapi tidak diikuti oleh kemantapan di dalam perbuatan.
Maka, ketika iman ini mendesak saya untuk berbicara banyak, arsitektur-lah penjawabnya.
Dalam kecintaan ini saya menemukan kemunafikan, dalam kecintaan ini saya-pun menemukan kefasikan. Lalu dimana letak keimanan saya? Apakah kecintaan saya ini tidak dapat mengimani?
Memang,benar memang! Iman sempat datang sesaat..lalu pergi..lalu datang lagi..lalu kembali pergi, semua atas nama cinta.akan saya cari kemana lagi?
Ternyata iman ini bersembunyi di dalam ruang kosong terdalam hati saya yang terpuruk perasaannya, di dalam ruang kosong pikiran saya yang terpuruk kekuatannya, dan di dalam ruang kosong perbuatan saya yang terpuruk kemantapannya.

Semua angin kosong.....

Sungguh,keimanan bukanlah sebuah keberuntungan. Keimanan bukanlah sebuah kesalahan di dalam memilih tempat, kesalahan di dalam memilih waktu, bahkan bukan kesalahan di dalam memilih pelakunya.
Maka tak perlu ada jawaban atas pertanyaan atas iman. Karena ini semua bukanlah sebuah tanya jawab.
It’s all about my ability! Kita bicara di dalam karya ! Jika tak ada lagi tanya-jawab atas keimanan ini, maka biarlah hati bertemu pikiran di dalam perbuatannya.
Izinkanlah saya bermimpi, mendongengkan iman setiap akan memejamkan mata, setiap iman akan bertemu dengan-Nya.

Terpejamlah kedua mata iman saya...
Dan saya bisiki sebuah mimpi..

Berjalan di sebuah jalan besar dengan kecepatan tinggi, kemudian mengurangi kecepatan ketika berjalan di jalan berikutnya yang masih besar namun mulai ramai. Berbeloklah langkah saya pada sebuah tempat bermukimnya kumpulan pohon-pohon pinus besar bekomunitas di tepian sungai cisadane. Sebuah kenyamanan mengusik iman ini,membuka mata hatinya, mengusik ketenangannya, membuat telunjuknya mengarahkan perjalanan ini pada sebuah pagar fiber glass yang melengkapi keindahan bentuknya dengan kesamarannya. Sebuah permainan proporsi kepala-badan-kaki yang sempurna di dalam mata hati keimanan saya. Maka iman telah tahu bahwa ini mimpinya, bahwa ini harus diperjuangkan.ijinkanlah iman membawa saya masuk ke dalam..
Tersadarlah saya dari pejaman mata, saya menemukan iman saya ada di depan mata saya...semoga dia tidak akan pergi lagi dari saya.

Keimanan saya sudah ’terlanjur ingini semua yang ada’. This is my next journeys....Bukan arsitek di dalam kontraktor perusak dunia. Bukan artwork designer. Bukan pengajar tk. Bukan pengawas lapangan.


Tapi ini..

Mau lari kemana saya?

Ruang (tak pernah) kosong ; 14 Feb 08 ; 3.14


Mau lari kemana saya?
Membawa jauh muka ini..
Membawa jauh dentuman dalam dada ini..
Membawa jauh airmata yang berulang kali jatuh dan diseka paksa..
Mau berjalan kemana saya?
Membawa jauh langkah ini..
Membuatnya kongkrit dan nyata
Membawa jauh tangan ini untuk mengulur..
Membuatnya menjadi nyata dengan membakar sepi..

Dia..
salah satu belahan hatiku..
hingga serpihannya terjatuh pun aku dapat mendengarkan lirihnya..
tapi, ini bukan lagi serpihannya..
ini seutuhnya dia..
yang terluka..hidup dalam sepinya..
salah satu belahan hatiku..

tapi..hati saya-pun telah menyerpih..
diserpih olehnya..
-benar-benar saya ditelanjangi bulat-bulat-
Hingga dentingannya ramai dan gaduh..
mengiangi daun telinga..
berjalan menuju kepala..
akupun dapat melihat dalam mata terpejam..
bahwa sepi telah menjadi milik khalayak ramai..

tadinya kupikir hanya milik saya..
ternyata miliknya jauh lebih besar..

bentangan waktu yang saya punya jauh lebih panjang..
tapi sepi yang saya punya jauh lebih pendek..

lalu,,
kembali ke pertanyaan semula..
mau lari kemana saya ?
ataukah mau berjalan kemana saya?
Mana yang kupilih..
Berjalan lalu berlari..atau berlari lalu berjalan?
Keduanya sama saja
Mereka telah menyerpih dengan sempurna

Bertemu di dalam sepi..
Sepi yang berbeda..
Dalam kebersamaannya di dalam waktu..

*after that shocking moment, mencoba memenangkan kedewasaan ini dengan uluran tangan ini sebagai penghalau sepi-nya*

(Apa)kah saya?

Kamar coklat hangat,Tomang tinggi – 25 Januari 2008






Apa yang bisa membuat saya kuat selalu beriman dan berkiblat?
Selalu kefokusan itu hanya di ujung mulut,
Apakah benar saya memang rakus dan pemakan segala?
Tampaknya sedikit lagi akan menjadi fakta...

Arsitek, artwork, interior, bahkan pengajar untuk anak-anak..
Is it really what i want?
Semua atau hanya esa?
Atau yang saya butuhkan hanya sebatas suasana…
Apapun itu, benarkah saya bekerja tergantung tempat yang nyaman?

Dimana letak perjuangan imannya?

Think first….

“Itu kamu yang (tlah) bicara dengan ujung mulutmu sendiri..”

Niat awal saya adalah menjadi seorang arsitek…

Lalu, apakah saya ini seorang oportunis sejati?
Ditempatkan dimanapun akan tumbuh : lekat seperti benalu..
Lalu apakah gunanya saya berniat?
Kalau saya tidak sepenuhnya beriman..

Mengapa lagi-lagi selalu terlihat (seperti) mengangkat dagu?
Lagi-lagi selalu berteriak bahwa saya beriman!
Dan mendakwa manusia-manusia yang (saya anggap) kurang beriman...

Fakta : menjilati bercak-bercak air yang berarus.
Dengan topeng..
Dengan menunduk..
Dengan membungkuk..
Tapi mengaku selalu tegak dan keras di hati...
Semua selalu tidak pada tempatnya...

Lelah dengan penilaian orang lainkah saya?
Atau bahkan saya menggilai penilaian itu?

Idealisme yang berjelaga memang akan berkilau nantinya..
Tapi yang saya akan lakukan hanya menunggu kilau itu..
Dilakukan dengan berkacak pinggang..

Mungkin saya butuh rehat..
Butuh menurunkan omong kosong ini..

Lebih baik saya tidak menilai diri terlalu cepat..
Agar selalu ikhlas terhadap iman ini..

Maaf telah menduakan iman.telah bersikap rakus.telah oportunis.
Saya lupa dengan diri saya..

(apa)kah saya?

Ternyata..
Saya (hanya) ingin menjadi arsitek saja....
Dan saya hanya ingin menjadi apa yang sudah seharusnya..

// KAMU TAHU…IYA,KAMU TAHU…//

Kamar Ungu // 30 November 2007 //





Kamu tahu ?
Bukankah cinta itu ada ketika masa dan rasa bertemu ?
Lalu kenapa masa selalu mempermainkan rasa..

Kamu tahu ?
sekarang aku itu melemah..
diam di tempat tak berarah..
yang aku tau, tak ada yang salah dengan tempat bernaung..
semua masih mewah sebagaimana mestinya..

Lalu apa yang keropos ?
yang membuatku merasa tergerogoti perlahan ?

Apakah semua akan lapuk dan perlahan tergerus masa?
Mengapa aku tak kuat..
Bukankah aku bilang selalu kuat..
Bukankah aku bilang selalu ada rasa yang mendampinginya..

Kamu tahu?
Ketika aku buta,bukan berarti aku tak punya..
aku hanya benar-benar tak melihat
Apa yang aku punya..
sehingga akupun menjadi sesungguhnya buta…


yang satu tergelak dengan tawanya…
lalu mati...
yang satu membisu dengan diamnya..
lalu mati...

lalu mau apa lagi?
Tetap mendongakkan kepala dengan mata buta?
Tetap memangkukan tangan tanpa jemari..

Ternyata benar..
Mengapa harus berjalan kalau bisa berlari..

Kamu tahu?
Wahai masa yang maha tahu...
Rasa ternyata ketergantungan akan kau..

Dan apakah kamu tahu?
Bahwa aku benar-benar tidak tahu..
Mengapa rasa bisa bertemu masa
Dengan nafas kehidupannya itu aku...
Yang menderita..
Didera bulir-bulir tanda tanya..
Yang selalu disambut dengan tanda seru..
Olehmu..
Yang telah bertemu..
Yang telah berbagi..
Yang telah berpikir..
Di antara bulir-bulirku.....


*melompat di tempat / di sebuah ujung dan awal fase / renung dalam relung / gulita malam /

Kunamakan sindrom ini : Kejut di hati..

Meja bundar - Puri Indah...8 November 2007

Apa yang harus kita lakukan ketika hati tidak ikut hadir di dalam nyata..padahal aku hidup dari hati. Aku menantinya berbicara, lugas dalam penuturannya, jujur dalam pengartiannya. Apakah materi dapat menjawab segala pertanyaan dari rasa penasaranku terhadap dunia yang kucintai ini dengan hati ?..yah..lagi-lagi hati. Benar adanya, aku mencintai ’dunia ini’ dengan hati. Bersyukur aku masih mencintainya dengan hati. Dan jika diizinkan, aku akan mencintai ’dunia ini’ seumur hidupku, Insya Allah. Maka, ketika hati tidak bisa berbicara banyak karena tidak tau apakah dimengerti atau bahkan diizinkan untuk mengerti, aku namakan ini sindrom ’kejut di hati’. Sebuah kejutan kecil di hati dengan bungkaman dan paksaaan untuk berbalik arah..sungguh sebuah ’pemerkosaann’ hati...

Xxxxxxxx

Semoga hati ini tetap dilindungi...
Dan materi pun mengalah pada hati..
Materi pun membungkam mulutnya untuk tunduk dan patuh.
Mengikuti hati..kemanapun dia pergi..

Dan...materi pun telah memiliki hati..
Hingga membesar..
Membesar,,
Dan membesar...

Semoga…

*Hatiku bernama arsitektur // kejut di hati.. //

What feelings..?

20 Oktober2007...03.56 dini hari.kamar ungu.tak bisa tidur.


Aku punya rasa..
itu pasti..
what feelings?..
how this feeling?..
itu yang aku tak tau..

Apa yang aku rasain sekarang ini apakah akan berlangsung ke depannya?..ato hanya bersifat sementara..sebuah anomali hati..
Perasaan cinta itu bulat sempurna..aku tidak tau persis apa sekarang aku sedang mengalami bulat sempurna atau tidak, atau belum, atau bahkan sudah..sudah berlangsung dalam batas waktu yang lalu..
Kenapa aku begitu menginginkan bulat, dan ketika aku mendapatkan bulat..aku menjadi tidak seyakin detik-detik sebelum ’membulat’? Apa yang belum aku dapetin..apa sebenarnya yang aku cari..
Aku tidak berada di dalam gua ’nyaman’..sebentar bulat penuh, sebentar setengah bulat, sebentar..sebentar..huuuuuuffff

Sebuah kepastian..?

Kepastian..berasal dari kata dasar Pasti dengan imbuhan ke- dan akhiran –an..yang artinya ’menjadi pasti’..merupakan kata sifat. Ironisnya..sifat itu tidak terlihat mata, tidak nyata..darimana kita tahu bahwa pasti itu kekal adanya..darimana?

Apa aku ternyata bukan wanita yang membutuhkan itu..padahal aku yakin aku pasti butuh..dan aku butuh pasti..sedari aku memulai ini semua, aku membutuhkan kepastian. Selama ini aku menunggu..apa mungkin persepsi dari bulat sempurna tidak sedalam apa yang aku rasakan?
Padahal aku merasa udah sampai pada titik terdalam, namun pada saat aku berada di titik terdalam, aku belum menemukan arti bulat sempurna dari persepsi dirinya..padahal aku telah membawakannya sebentuk bulat sempurna..yang dari dulu aku yakini..


Takut..?

I feel i completed..aku punya dia..dengan sgala kesempurnaannya..ga ada konflik yang nyata..smua hanya berkecamuk di dalam..bukan api cemburu, bukan terburu nafsu, bukan perbedaan keyakinan, bukan ketidakpercayaan..kita hanya punya rasa percaya, rasa keterikatan, rasa memiliki, and i know..i know..i really know..im complete!!totally complete! but what....takut?
Kenapa harus takut ketika ini semua menjadi utuh?

Kenapa ini sempat datang sih? Terlintas pun tidak,, aku ga pernah terlintas sedikitpun bahwa reaksiku tidak seperti semestinya..ketika aku mendapatkan bulat sempurna..i dont fit..i don feel im in..why?
Bukankah ini yang aku mau? Bukankah ini jawaban dari pertanyan-pertanyaanku dari kemarin?..

Memang aku bakso loncat,,dipegang loncat kanan, dipegang kanan, locat kiri..susah dipegangnya..
Hati aku udah mantap dari dulu..tingal menunggu hatinya,konfliknya..
Ketika dia dapat memberikan hatinya dan membuang sgala konfliknya untuk aku..aku kembali menjelma menjadi bakso loncat..dasar manusia sombong!!!masih saja mengangkat kepalanya berjalan di atas bumi...

xxxxxx

Bunda..
Kalau aku tidak lagi mangangkat dagu..
Kalau aku tidak lagi berkepala batu..
Apakah langitku akan memuja hatiku?

Bunda..
Kalau aku tidak lagi memuja langitku..
Kalau aku tidak lagi mempertahankan hati dalam rumah pemujaannya..
Apakah langitku akan tetap membatu?
Apakah langitku akan kehilangan manusia pemujanya?

Lalu langitku bisa apa bunda?
Mencariku?
Mengejarku?
Bertekuk lutut untukku?
Seperti sembah sujudku selama ini?


Sekarang langit telah menyatu, membaur, meruntuhkan kerajaan angkuhnya, merengkuh hati pemujanya dengan penuh kerendahan hati dan kesempurnaannya..bahkan rela bersembah sujud untukku..pemujanya..seorang manusia kecil yang menantikan momen ini spanjang hidupnya..but what?..takut?
Takut dengan kerendahan hatinya ? takut dengan kesempurnaannya?

Lagi-lagi aku mungkin harus bilang..

Bunda..
Kalau langit mencariku..
Bilang aku sedang tertidur sejenak
Untuk mencari hangatnya malam..
Dan tenangnya gulita..


Humpfhhhhh...ternyata mungkin aku yang belum siap dengan kepastian..belum siap dengan ikatan yang lebih..
Biarkan aku tertidur lagi mencari arti dari kehangatan malam yang ditawarkan langitku...

Aku tetap memujamu..aku tetap menusia kecil yang memandangmu..

Mungkin aku butuh masa yang bertemu dengan rasa..
and i know, we’ll get that moment..
ketika rasa bergumul dengan masa..
ketika itulah cinta menjadi bulat sempurna...

Smoga..
Semoga....

Apa Salahnya menjadi Sempurna.

Apa salahnya menjadi sempurna?
Apa salahnya menjadi manusia biasa yang mencinta dengan caranya sendiri?
Manusia memang sombong...
Manusia memang banyak menuntut keadilan..
Sehingga lupa dengan ikhlas..

Setiap manusia berbeda,,karakter yang mengagumkan..
Saling mengagumkan satu dengan lainnya..
Untuk itu mereka diciptakan,
Tapi untuk itu mereka saling menyayangi,
Untuk itu mereka saling melengkapi,
Bahkan untuk itu pula mereka saling membenci..

Malam ini, langitku marah lagi bunda..
Dia bilang aku sebagai manusia telah sombong..
Berjalan dengan angkuh
Dagu terangkat
Kepala batu
Tekad baja..
Tapi hati aku masih seperti ini bunda..
Hati ikhlas pemujaan terhadap langit malam..

Lalu siapa yang sebenarnya sombong?
Apakah langit memang terlalu sempurna
Untuk aku bandingkan?
Apakah langit memang terlalu megah
Untuk mendengar peluhku?
Apakah langit memang hanya bisa dipuja..
Tanpa harus kita harap memuja..

Langitku..
Untuk malam ini saja..
Tolong tidurkan kerajaan angkuhmu..
Agar aku tidak lagi menjadi manusia sombong
Yang mengangkat dagunya..
Yang batu kepalanya..
Yang mempertahankan hati demi pemujaannya..

Langitku..
Berdamai dengan hati..
Hanya itu bekal pemujaanku padamu..
Agar malam yang hangat tetap hangat
Malam yang tenang tetap tenang..
Tapi hati tenang tidak bisa tetap tenang..


Bunda..
Kalau aku tidak lagi mangangkat dagu..
Kalau aku tidak lagi berkepala batu..
Apakah langitku akan memuja hatiku?

Bunda..
Kalau aku tidak lagi memuja langitku..
Kalau aku tidak lagi mempertahankan hati dalam rumah pemujaannya..
Apakah langitku akan tetap membatu?
Apakah langitku akan kehilangan manusia pemujanya?

Lalu langitku bisa apa bunda?
Mencariku?
Mengejarku?
Bertekuk lutut untukku?
Seperti sembah sujudku selama ini?

Itu namanya misteri malam bunda..
Bahkan bintang dan bulan-pun
Tidak lagi mengerti..
Ketika langit siang meninggalkan langit malam
Karena mereka hanya sebagai penghias
Ruang kosongku dengan langitku..

Bunda..
Kalau langit mencariku..
Bilang aku sedang tertidur sejenak
Untuk mencari hangatnya malam..
Dan tenangnya gulita..